Jogja bawah tanah : Pindul Cave


http://www.wisatajogja.biz/wp-content/uploads/2014/04/Gua-Pindul.jpeg

Menyusuri sungai menggunakan perahu karet merupakan hal yang biasa, namun jika sungai itu mengalir di dalam gua tentu saja akan menjadi petualangan yang mengasyikkan sekaligus menegangkan. Gua Pindul, salah satu gua yang merupakan rangkaian dari 7 gua dengan aliran sungai bawah tanah yang ada di Desa Bejiharjo, Karangmojo, menawarkan sensasi petualangan tersebut. Selama kurang lebih 45 - 60 menit wisatawan akan diajak menyusuri sungai di gelapnya perut bumi sepanjang 300 m menggunakan ban pelampung. Petualangan yang memadukan aktivitas body rafting dan caving ini dikenal dengan istilah cave tubing.

Tidak diperlukan persiapan khusus untuk melakukan cave tubing di Gua Pindul. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah ban pelampung, life vest, serta head lamp yang semuanya sudah disediakan oleh pengelola. Aliran sungai yang sangat tenang menjadikan aktivitas ini aman dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbucrlU4w0HRleVXPLe002FCW9JEj-m0NjpQ9D5Hjr93qhCUaByGEkA5PxUm6Oje6KFn5udjZyXA3bWpIQSbNkd9-sYEWILxCOBef6MNHNtAWb6pE_PzqsErWEdlMUm6C-FkNZwb5DS14/s1600/cave+tubing+gua+pindul.jpg

Waktu terbaik untuk cave tubing di Gua Pindul adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Selain karena airnya tidak terlalu dingin, jika cuaca sedang cerah pada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar matahari yang menerobos masuk melewati celah besar di atap gua.

Sambil merasakan dinginnya air sungai yang membelai tubuh di tengah gua yang minim pencahayaan, seorang pemandu bercerita tentang asal-usul penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Saat masuk ke salah satu gua mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul.

Selain menceritakan tentang legenda Gua Pindul, pemandu pun akan menjelaskan ornamen yang ditemui di sepanjang pengarungan. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Di tengah gua terdapat satu tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat sejenak sehingga wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian.

desa tertinggi di pulau jawa



OPAD

Berada di ketinggian lebih dari 2.100 meter di atas permukaan laut, inilah Desa Cebongan. Bukan hanya merupakan desa tertinggi yang ada di Dataran Tinggi Dieng, tapi desa ini juga merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Bahkan, dari desa inilah dimulainya kehidupan bermasyarakat di Dataran Tinggi Dieng.

Konon, di kawasan Dataran Tinggi Dieng, desa inilah yang pertama kali dihuni. Masyarakat yang datang dari daerah Wonosobo tinggal di desa ini, lalu menyebar ke daerah-daerah yang ada di sekitarnya – membentuk desa-desa baru.

Tidak diketahui dengan pasti kapan pertama kali masyarakat menempati desa ini. Catatan tertua yang didapat bahwa pada tahun 1819 di desa ini terdapat 17 rumah. Seiring jalannya waktu, saat ini, desa yang secara administrasi berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, ini dihuni oleh 363 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk sekitar 1.300 jiwa.

Hampir semua penduduk Desa Cebongan berprofesi sebagai petani. Kentang, berbagai sayuran, serta carica menjadi jenis tanaman yang menjadi komoditi utama desa ini.

Tidak terlalu sulit untuk menjangkau desa ini. Terletak sekitar 7 kilometer dari pusat wisata Dataran Tinggi Dieng, akses jalan menuju Desa Sembungan sudah dilapisi aspal. Walau pada beberapa bagian ada jalan yang berlubang, tapi cukup nyaman untuk dilalui kendaraan bermotor.

Satu yang menarik saat datang ke desa ini adalah keramahan penduduk desa. Sebagai salah satu desa wisata, penduduk desa ini sudah terbiasa berkomunikasi dengan pengunjung. Mereka akan menyapa dengan ramah atau sekadar memberikan senyum.

Suasana kebersamaan di antara penduduk pun sangat terasa. Gotong royong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sembungan. Sambatan, begitu masyarakat setempat menyebutnya.

Selain karena merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa, ada beberapa hal lain yang membuat Desa Sembungan menarik untuk dikunjungi. Datanglah pada puncak musim kemarau, sekitar Bulan Juli atau Agustus, jika beruntung, Anda akan disajikan pemandangan yang tidak biasa. Hamparan lahan pertanian yang berwarna hijau di siang hari akan menjadi putih ketika pertama matahari menyapa. Suhu di desa ini bisa mencapai di bawah 0 derajat celcius, yang membuat tanaman di sekitar kawasan ini menjadi beku.

http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/08/22/a3/9a/sembungan-village-dari.jpg

Selain itu, di desa yang memiliki luas sekitar 37 hektare ini juga terdapat beberapa objek wisata. Di sebelah selatan desa, terdapat sebuah telaga. Telaga Cebongan namanya. Dinamakan “cebongan” karena ketika dilihat dari ketinggian telaga ini terlihat seperti kecebong.

Selain menjadi salah satu objek wisata yang menarik para wisatawan untuk berkunjung, telaga seluas 5 hektare ini pun dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sumber air. Para petani mengandalkan air yang ada di telaga ini untuk lahan pertanian mereka.

Tidak perlu khawatir soal penginapan saat berkunjung ke Desa Sembungan. Walau fasilitas penginapan di sini masih minim, pengunjung akan diterima dengan hangat di rumah-rumah warga. Bahkan, tinggal di rumah warga sekitar akan membuat perjalanan ke Desa Sembungan menjadi lebih berkesan. Menikmati keramahan masyarakat sekitar, keindahan pesona alam yang disajikan, serta kehangatan mengobrol santai di sekitar tungku menjadi pengalaman yang akan selalu indah untuk dikenang

Zakir Naik: Mukjizat Quran tentang Penciptaan Alam Semesta




Dr Zakir Naik dan penciptaan alam semesta
Dr Zakir Naik menjelaskan kepada kita bahwa Al Quran telah memiliki penjelasan tentang penciptaan alam semesta sesuai fakta ilmiah.

Dr Zakir Naik tidak hanya piawai menyampaikan kebenaran Islam melalui ceramah dan debat. Ulama yang hafal kitab suci beberapa agama itu juga handal menyampaikan kebenaran Islam melalui tulisan.
Salah satu buku Dr Zakir Naik yang menakjubkan adalah Miracles of Al Quran and As Sunnah. Melalui buku ini, tokoh yang lahir pada 18 Oktober 1965 itu menjelaskan banyak keajaiban Al Quran dan As Sunnah. Salah satunya, tentang penciptaan alam semesta.

Zakir Naik menjelaskan Big Bang dalam Al Quran

Menurut para ahli astrofisika, asal mula adanya alam semesta dikenal dengan teori big bang. Yakni pada mulanya alam semesta berbentuk satu massa yang besar (nebula primer) kemudian terjadi big bang (ledakan pemisah sekunder) yang mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lain sebagainya.

Teori big bang memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat tentang penciptaan alam semesta. Big bang juga didukung oleh metode ilmiah beserta observasi yang dilakukan oleh para astronom dan astrofisika selama beberapa dekade.
Yang menakjubkan, ternyata teori big bang telah dijelaskan dalam Al Quran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (QS. Al Anbiya’: 30)

“Kesesuaian yang harmoni antara Al Quran dan teori Big Bang adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan,” kata Dr Zakir Naik menjelaskan keterkaitan ayat ini dengan teori big bang, “Sungguh menakjubkan! Bagaimana mungkin sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1.400 tahun silam mengandung kebenaran ilmiah yang mendalam.”

 

Zakir Naik menjelaskan alam semesta yang mengembang

Pada tahun 1925, Edwin Hubble mempersembahkan bukti pengamatannya bahwa semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain. Temuan astronom Amerika Serikat bahwa alam semesta mengembang itu sekaligus menegaskan kebenaran teori big bang.

Teori big bang menyebutkan bahwa dulunya alam semesta merupakan massa besar dan kemudian terpisah oleh sebuah ledakan besar. Konsekuensi dari teori ini, semestinya galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi. Itulah yang kemudian ditemukan oleh Edwin Hubble.

Al Quran berbicara tentang hal ini:

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

“Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar melakukannya” (QS. Adz Dzariyat: 47)
“Kata musi’un dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan memperluas dan ini mengacu pada penciptaan dan perluasan alam semesta,” tulis Zakir Naik menerangkan ayat ini.

“Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History of Time menyebutkan bahwa penemuan fakta ilmiah alam semesta senantiasa berkembang adalah sebuah revolusi intelektual abad ke-20. Al Quran menyebutkan fakta ilmiah ini jauh sebelum manusia belajar membuat sebuah teleskop. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa penemuan fakta astronomi dalam Al Quran bukanlah sesuatu yang mengherankan karena orang Arab dikenal maju dalam bidang astronomi. Pengakuan mereka jika orang Arab unggul dalam astronomi memang benar, tapi Al Quran mengungkapkan fakta ilmiah ini berabad-abad sebelum orang Arab unggul dalam astronomi.”

Masya Allah… teori big bang dan teori alam semesta berkembang merupakan fakta ilmiah yang baru ditemukan pada abad ke-20. Namun Al Quran telah mengungkapkannya berabad-abad sebelumnya. 

 sumber: http://bersamadakwah.net/zakir-naik-mukjizat-quran-tentang-penciptaan-alam-semesta/
[Muchlisin/Bersamadakwah]