Soekarno : Peristiwa Bersejarah yang Menumpahkan Air Mata

Sosok Soekarno yang kita kenal yaitu pribadi yang tegas, keras serta sangatlah berwibawa. Tetapi dibalik sosoknya yang seperti itu, Bapak Bangsa ini juga sering menunjukkan sisi emosionalnya yang lain yaitu menangis. Tercatat, Soekarno pernah menangis pada beberapa kesempatan.

sukarno-menangis-di-makam-yani

Tetapi juga sebagai orang besar, Soekarno menangis bukanlah lantaran hal-hal sepele namun lantaran peristiwa yang betul-betul mengusik batinnya. Nah, kurang lebih peristiwa apa sajakah yang hingga dapat membuat sosok yang disegani Malaysia serta Amerika ini menangis? Berikut penjelasannya.

1. Menangis Waktu Membacakan Pancasila Untuk yang Pertama Kali

Kekalahan Jepang bikin rakyat gegap gempita termasuk juga Soekarno yang telah menantikan kemerdekaan bangsa ini mulai sejak lama. Pada akhirnya Jepang juga betul-betul memberi kemerdekaan pada Indonesia juga sebagai hadiah. Walau bahagia lantaran negara ini bakal segera lahir, tetapi beberapa masalah telah menunggu di depan mata. Terlebih perihal ideologi yang bakal diyakini negara baru ini nanti.

Satu hari saat sebelum sidang BPUPKI, Soekarno bingung tidak karuan. Pasalnya, banyak kelompok-kelompok yang mendatanginya serta merekomendasikan bentuk-bentuk ideologi yang bakal dipakainya. Ada yang mau jadikan Indonesia juga sebagai negara Islam, ada juga yang inginkan negara ini jadi nasionalis sampai federal.

Penat dengan semua itu, pada akhirnya Soekarno juga pulang ke tempat tinggalnya yang ada di Flores. Dibawah pohon di depan tempat tinggalnya, Putra Sang Fajar juga kembali merenung perihal ideologi itu. Pada akhirnya tercetuslah Pancasila yang butir-butirnya meliputi seluruhnya kepentingan kelompok.

2. Soekarno Berderai Air Mata Waktu Akan Menghukum Mati Kartosuwiryo

Siapa juga yang berniat mengancam stabilitas negara serta lakukan pemberontakan, jadi sudah seharusnya dihukum. Bahkan juga bila perlu dihukum mati. Begitulah yang dirasakan beberapa orang saat itu saat pemimpin DI/TII Kartosuwiryo di tangkap. Serta benar saja, tokoh satu ini betul-betul bakal dihukum mati.

Tidak ada yang demikian aneh disini, tetapi saat tahu bila Soekarno yang jadi jalan untuk Kartosuwiryo untuk dihukum hal itu cukup mengusik. Bagaimana tidak Kartosuwiryo serta Soekarno telah seperti saudara. Keduanya sangatlah dekat saat masih tetap belajar bersama dirumah Tjokroaminoto. Di tempat tinggal tokoh nasional itu, keduanya kerap sekali bertukar pikiran dalam soal apapun, termasuk juga berbagi suka serta duka.

Pengkhianat Kartosuwiryo yang membangun DI/TII, membuat Soekarno kecewa. Bahkan juga saat di tangkap serta akan dihukum mati, sang Proklamator itu bingung luar biasa. Masalahnya, saat itu ia disodori suatu surat yang berisi yaitu menyepakati hukuman mati untuk sang sahabat karib. Berbulan-bulan Soekarno disuguhi kertas tersebut di meja kerjanya. Tetapi ia selalu menyingkirkannya cepat-cepat. Bahkan juga pernah suatu waktu Soekarno melempar kertas itu hingga berantakan di lantai.

Bimbang dengan kondisi yang dihadapinya, lalu Megawati membujuk sang ayah supaya dapat membedakan urusan hati serta beberapa hal kenegaraan. Kartosuwiryo memanglah sahabat baik, tetapi eksistensinya membahayakan negara. Kemudian Soekarno kembali merenung serta pada akhirnya mantap untuk menandatanganinya.

Sembari berlinang air mata, Sang Putra Fajar berkata “Sorot matanya masih tetap. Sorot matanya masih tetap sama. Sorot matanya masih menyinarkan sorot mata seorang pejuang. ” Surat itu juga diberikannya pada Mayjen S Parman sembari terisak serta jadi surat pertama serta terakhir eksekusi mati yang pernah dibuatnya. Kartosuwiryo juga pada akhirnya betul-betul dihukum mati lewat cara di tembak pada tanggal 5 September 1962.

Mantap dengan Pancasila, Soekarno bergetar mendekati sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Semalaman ia tidak dapat tidur sembari terus menangis. Dalam ratapannya itu ia juga berdoa, “Aku menangis lantaran besok saya bakal hadapi waktu bersejarah dalam Hidupku. Serta saya membutuhkan bantuanMU. ” Esok harinya pukul 9 pagi, sidang juga di buka serta Soekarno menyampaikan butir-butir Pancasila yang bakal jadi ideologi dasar negara ini.

3. Soekarno Menangis di Pusara Jenderal A. Yani

30 September baru saja lewat, tetapi peristiwa paling kelam dalam sejarah bangsa ini masih tetap selalu diingat selama hidup. Terkait dengan hal itu, ada nama Jenderal A. Yani juga sebagai korban pembunuhan biadab itu. Soekarno sendiri seperti dipukul dengan telak waktu mengetahui peristiwa nahas itu. Ia juga menangis sejadi-jadinya saat berada di kubur sang Jenderal saat tidak lama dimakamkan.

Sebenarnya ada hal perlu di ketahui dari jalinan Soekarno serta A. Yani, hingga kita bisa tahu mengapa sang presiden begitu kehilangan mulai sejak kematian sang Jendral. Yakin atau tidak, A. Yani sedianya bakal jadi presiden kedua kita. Dengan cara tersirat Bung Karno menyatakan hal itu dalam suatu pernyataan. “Yani, bila kesehatan saya belum membaik anda yang jadi presiden. ”

Saat menyampaikan hal itu, ada beberapa orang yang tahu. Mulai Sharwo Edhie, AH Nasution, Soebandrio serta Chaerul Saleh. Pernyataan perihal gagasan pengangkatan A. Yani juga sebagai presiden juga ikut di ketahui oleh istri dan anak-anak sang Jenderal.

Sayangnya, harapan mulia sang jendral tidak pernah kesampaian saat ia kenyataannya jadi dibunuh dengan keji pada peristiwa G30S. Ada yang mencurigai bila hal semacam ini disengaja lantaran A. Yani terkenal sama vokalnya seperti Soekarno. Pada akhirnya untuk kepentingan segelintir orang serta katanya ada intervensi asing, hal itu juga dilakukan.

Kehilangan pengganti terbaiknya tidak pelak bikin Soekarno sangatlah kecewa. Ia paham bila belum ada pengganti yang dapat melanjutkan amanahnya melindungi bangsa ini. Sedangkan dirinya telah mulai sakit-sakitan. Bila saja A. Yani betul-betul naik, mungkin saja saja masa keemasan Indonesia seperti zaman Bung Karno bakal dapat diperpanjang lagi. Bila seperti ini, tidak cuma beliau saja yang harusnya menangis, kita juga sebagai rakyat juga miris lihat kenyataan seperti ini.

Sebagai orang paling punya pengaruh untuk Indonesia, menunjukkan tangis bakal sangatlah menurunkan wibawanya. Tetapi sejatinya Soekarno tetaplah seorang manusia biasa. Dihadapkan dengan beragam perseteruan batin yang pahit seperti itu, ia juga menangis sejadi-jadinya.

Jangankan Soekarno, kita yang membacanya sendiri mungkin saja sangatlah terenyuh lihat kenyataan pergolakan batin sang Bapak Bangsa. Seperti kata ungkapan populer, selalu ada karena mengapa seorang pria menangis. Tetapi yang pasti itu yaitu lantaran hal-hal yang sangatlah berat.

Sebelum Pidato Soal Pancasila : Soekarno Menangis Satu Malam

Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki membawa perubahan besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya upaya Soekarno untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia setelah berjuang selama 16 tahun.


Tidak mudah mendapatkan kemerdekaan itu, Soekarno harus beberapa kali keluar masuk penjara akbiat kritik kerasnya terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Namun, kekalahan Jepang terhadap tentara sekutu membuat mimpi tersebut terbuka lebar.

Meski Indonesia memasuki hari kebebasannya, tapi tidak bagi Bung Karno. Dirinya masih terbelenggu sistem dan ideologi yang bakal dipakai negara baru ini nantinya.

Bung Karno merasa gundah gulana. Bagaimana tidak, saat akan menyampaikan pidatonya di hadapan peserta sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, sejumlah tokoh berupaya mempengaruhi pemikirannya.

Sepanjang siang, Bung Karno terus menerima sejumlah tamu, mulai dari kelompok Islam nasionalis sampai pendukung negara kesatuan maupun federal masih berdatangan. Masing-masing menyampaikan pemikiran mereka agar menjadi dasar bagi negara yang akan dibentuk.

"Mereka menuntut wilayah kami mencangkup seluruh bekas jajahan Hindia Belanda membentuk satu kelompok. Yang lain, yang menuntut wilayah lebih luas lagi atau puas dengan wilayah yang lebih sempit, membentuk kelompok yang lain. Kelompok Islam ortodoks mendorong bentuk negara berdasarkan Islam," berdasarkan 'Soekarno: An Autobiography' karya Cindy Adams.

Perbedaan pendapat itu membuat Bung Karno stres, dia pun hanya membiarkan perdebatan yang terjasi. Melihat itu pun, Soekarno sempat merasa tidak yakin Indonesia bakal mencapai kemerdekaannya. Meski saat itu Jepang menghadiahinya kepada bangsa Indonesia.

Di Pulau Flores, Bung Karno memanfaatkan kesendiriannya untuk memikirkan ideologi negara. Dia hanya duduk termenung di bawah sebuah pohon yang berdiri di halaman rumahnya. Dari lamunannya, terngiang lima prinsip dasar yang akan memanfaatkan kesendiriannya untuk memikirkan ideologi negara. Dia hanya duduk termenung di bawah sebuah pohon yang bediri di halaman rumahnya. Dari lamunannya, terngiang lima prinsip dasar yang akan dinamainya menjadi Pantja-sila.

"Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah."

Meski telah memegang beberapa prinsip yang akan disampaikan di hadapan peserta sidang, namun Bung Karno tetap tidak percaya diri. Bahkan, lelaki yang nantinya bakal menjadi presiden pertama RI ini menangis saat akan menghadapi sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.

Dalam tangisannya itu, Bung Karno berdoa, "Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah dalam hidupku. Dan aku memerlukan bantuan-Mu."

Esoknya, tepat pukul 09.00 WIB, Bung Karno didaulat untuk berpidato dan memberikan ide soal dasar-dasar bangsa. Setelah sidang dibuka, Soekarno lantas berdiri di tengah dua pilar, tempat dimana Gubernur Jenderal Hindia Belanda resmi membuka Volksraad, atau parlemen rakyat.

Di tempat itulah Bung Karno mengungkapkan lima mutiara yang jadi bahan pemikirannya. Lima pemikirannya yang nantinya akan dinamai Pancasila. Kelimanya adalah Kebangsaan, Internasionalisme atau Kemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

cahaya bulan

puisi cahaya bulan - soe hok gie 



akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap
sambil membenarkan letak leher kemejaku

kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah Mandalawangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin

apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
apakah kau masih akan berkata
ku dengar detak jantungmu

kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta

cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang takkan pernah ku tahu
dimana jawaban itu
bagai letusan berapi
bangunkan ku dari mimpi
sudah waktunya berdiri
mencari jawaban kegelisahan hati

lembah Mandalawangi
*puisi ini menjadi soundtrack film GIE, dibacakan langsung oleh pemeran utamanya Nicholas Saputra,