Berbagi Trip | Back to the wild on Sempu Island Malang

 http://amuratours.com/pati/wp-content/uploads/2015/09/pulau-sempu.jpg
 
Jika anda mulai penat dengan keramaian kota maka anda bisa berkunjung ke Pulau Sempu di Jawa Timur. Pulau ini termasuk hutan konservasi di mana dijadikan sebuah cagar alam oleh Pemerintah Indonesia dan letaknya termasuk wilayah Desa Tambak Rejo di Kabupaten Malang. Pulau ini berlokasi tepat di bagian selatan Pulau Jawa.

Pulau Sempu memiliki luas sekitar 877 hektar dan dikelilingi oleh pohon-pohon tropis yang menjulang tinggi. Sejak tahun 1928 kawasan ini sudah diakui sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekarang di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur atau BBKSDA.

Pulau yang di kekelilingi oleh Samudera Hindia ini menjadi tempat tujuan bagi mereka yang ingin lepas dari kebisingan kota untuk sementara. Suasana sangat sepi dan tenang dengan di kelilingi oleh berbagai macam pepohonan yang berasal dari hutan tropis, hutan pantai, dan hutan bakau. Sayangnya Pulau Sempu bukan merupakan objek wisata terbuka bagi para wisatawan lokal maupun asing. Jika ingin datang ke Pulau Sempu maka harus membuat ijin terlebih dahulu misalnya ke kantor BBKSDA. Setelah itu maka anda akan mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi. Untuk sampai ke tempat wisata Pulau Sempu anda bisa meminta bantuan dari pemandu yang berada di pos cagar alam terletak di Sendang Biru. Setelah itu, dengan biaya 100.000 anda bisa menyewa perahu atau kapal ke pulau tersebut. Kapal yang disewakan bisa memuat sampai 10 orang.

 
Di dalam Pulau Sempu Malang Jawa Timur terdapat Laguna Segara Anakan yang sungguh indah pemandangannya. Letaknya cukup jauh kira-kira 2,5 kilometer dari arah selatan pulau ini. Di laguna ini anda bisa menikmati keindahan pantai berpasir putih serta lautan yang bersih dan jernih. Di laguna ini diperbolehkan untuk berenang, anda bisa menikmati keindahan ikan-ikan dan terumbu karang. Memang untuk sampai ke Laguna Segara Anakan dibutuhkan perjalanan yang cukup panjang sekaligus menantang. Namun sesampainya di sana maka anda akan melupakan itu semua dan mulailah menikmati rahasia Laguna Segara Anakan Pulau Sempu.

Berbagi Trip | Asal Mula Tanjung Lesung

Dongeng Bahasa Indonesia Asal Mula Tanjung Lesung

Dahulu kala. Ada seorang pengembara bernama Raden Budog yang berasal dari Laut Selatan. Ia tinggal bersama Anjing dan Kuda kesayangannya. Kemana pun ia pergi, Anjing dan kudanya selalu ikut.

Suatu hari, Raden Budog bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. Sampai berhari-hari, wajah gadis itu selalu membanyangi pikirannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari gadis itu. Sebelum pergi, ia membawa golok dan batu asah. Ia pergi menunggangi Kuda kesayangannya. Anjingnya yang setia berjalan di depan sebagai penunjuk jalan.

Setelah beberapa hari berjalan. Ia belum menemukan gadis itu, Anjing dan Kudanya sangat kelelahan. Namun, Raden Budog masih ingin meneruskan perjalanannya. Mereka mendaki bukit dan melewati jalanan berbatu. Namun, ketika tiba di Gunug Walang, tiba-tiba kuda kesayangannya terjatuh. Raden Budog pun ikut terjatuh, mereka berguling-guling di lereng gunung. Raden Budog meringis kesakitan, di sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka.

Mereka beristirahat sejenak. Raden Budog memakan bekal yang dibawanya. Sementara Kudanya memakan rumput dan Anjingnya berlari-lari mengejar mangsa. Setelah cukup beristirahat mereka melanjutkan perjalanan. Raden Budog melihat kelana Kudanya sobek. Pelana itu tidak bisa di gunakan lagi dan akhirnya, Raden Budog berjalan kaki dan menuntun Kudanya.

Mereka berjalan menuju daerah yang bernama Tali Alas yang sekarang di kenal dengan Pilar. Mereka terus berjalan sampai di tiba di Pantai Cawar, pemandangannya sangat indah dan air lautnya sangat jernih. Akhirnya Raden Budog menceburkan dirinya dan berenang. Segarnya air laut menghilangkan rasa lelah.

Setelah puas berenang ia melanjutkan perjalanan. Di panggilnya Kuda dan Anjingnya untuk segera beranjak pergi. Namun, kedua hewan itu tidak bergeming. Raden Budog sudah mendorong-dorong ke dua hewan tersebut. Namun, mereka tidak mau beranjak. Mereka diam seperti batu karang. Akhirnya, dengan sangat sedih. Raden Budog pergi seorang diri.

Raden Budog meneruskan perjalanan menuju Legon Waru. Sesampainya ia di Legon Waru, ia merasa kelelahan. Pundaknya sangat terasa ngilu karena dalam tasnya terdapat batu asah yang sangat berat. Ia tidak kuat lagi membawa batu asah tersebut dan ia meninggalkan batu asah terebut di Legon Waru.

Sampai sekarang, di Legon Waru terdapat sebuah karang yang bernama Karang Pangasahan. Karang itu merupakan jelmaan dari batu asah milik Raden Budog. Raden Budog melanjutkan perjalanannya menyusuri pesisir pantai. Ia pantang menyerah demi menemukan gadis impiannya. Rasa lelahnya sirna setiap ia memikirkan gadis itu.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan sangat lebat. Raden Budog berteduh di bawah pohon. Ketika sedang berteduh, ia melihat dari dalam pasir, muncul pulahan ekor penyu. Raden Budog kagum melihat penyu-penyu dari yang berukuran besar sampai yang terkecil berlarian menuju laut. Daerah itu kemudian di manakan Cipenyu.

Meskipun hujan masih turun, Raden Budog tetap ingin melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin membuang-buang waktu. Di ambilnya selembar daun untuk melindungi tubuhnya dari hujan. Hujan juga tidak kunjung reda, malah bertamah lebat. Langit sangat gelap dan petir menyambar-nyambar. Hari sudah mulai malam.

Raden Budog menemukan sebuah Gua bukit karang. Raden Budog masuk ke Gua karang tersebut untuk beristirahat. Ia menutup pintu Gua dengan daun yang di bawanya agar tidak kebasahan. Setelah cukup beristirahat ia melanjutkan perjalanannya. Hujan pun sudah reda. Raden Budog segera keluar, dan menutup pintu Gua tersebut dengan daun yang di bawanya. Daun Langkap it uterus menempel di pintu Gua dan tidak bisa lepa. Gua karang itu kemudian dinamakan Karang Meumpeuk.

Raden Budog berjalan mengikuti langkah kakinya. Lalu, tiba di muara sebuah sungai. Akibat hujan yang turun dengn deras sungai itu menjadi banjir. Raden Budog tidak bisa menyebrangi sungai itu. Padahal ia ingin sekali ke desa yang letaknya berada di seberang sungai. Tak sabar, untuk segera menyebrangi sungai. Namun, air tidak kunjung surut. Dalam hati ia berkata. ‘’ Kali banjir sialan.’’

Daerah tempat sungai yang banjir itu kemudia di kenal dengan Kali Caah. Yang artinya sungai atau kali yang banjir. Setelah sabar menunggu. Akhirnya, sungai itu mulai surut. Raden Budog pun segera menyebrangi sungai tersebut. Maka sampailah ia di desa yang menjadi tujuan akhirnya.

Sesampainya ia di desa tersebut. Ia mendengar suara tumbukan lesung yang sangat merdu. Di carinya suara itu. Suara tumbukan itu ternyata berasal dari permainan lesung yang di mainkan oleh para gadis. Salah satu dari gadis itu. Parasnya paling cantik di bandingkan dengan gadis yang lain.

Gadis yang paling cantik itu bernama Sri Poh Haci. Ia tinggal bersama ibunya yang bernama Nyi Siti. Sri Poh Haci lah yang pertama kali menemukan permainan lesung. Ia mendapatkan ide karena ia senang menumbuk padi . permainan lesung ini di namakan Ngagondang.
Dongeng Bahasa Indonesia Tanjung Lesung

Dongeng Bahasa Indonesia Tanjung Lesung

Di desa itu, sudah menjadi tradisi bermain Ngagondang setiap akan menanam padi. Namun, permainan ini tidak boleh di mainkan pada hari Jum’at. Karena hari jumat di anggap sebagai hari yang keramat untuk penduduk desa. Ketika melihat Sri Poh Haci, jantung raden Budog langsung berdebar. Gadis itu adalah gadis yang muncul dalam mimpinya. Raden Budog terus memperhatikan permainan lesung para gadis itu. Sri Poh Haci pulang dan Raden Budog melihatnya masuk ke dalam rumahnya.

Raden Budog lalu memberanikan diri mengetuk pintu rumah Sri Poh Haci. Pintu dibuka oleh Nyi Siti.

‘’ Ada keperluan apa?’’ Tanya nyai siti

‘’ Maaf, saya pengembara yang kebetulan lewat di sini. Saya membutuhkan tempat untuk bermalam. Bolehkah saya menumpang semalam di sini?’’

‘’ Maaf anak muda. Bukannya aku tidak mengjinkan kau untuk bermalam di sini. Tapi, aku seorang janda dan tinggal berdua dengan anak gadisku. Tidak baik kami menerima seorang laki-laki untuk menginap.’’ Jawab Nyi Siti

Raden Budog sangat kecewa karena tidak dapat berjumpa dengan gadis impiannya. Lalu ia berjalan menuju dipan bambu yang berada tidak jauh dari rumah Nyi Siti. Raden Budog merebahkan badanya pada dipan bambu tersebut dan ia tertidur.

Tiba-tiba ia mendengar suara lembut seseorang memanggil namanya.

‘’ Raden, raden, bangunlah.’’ Ujar suara lembut itu

Raden Budog terbangun dan terkejut, karena di hadapan berdiri seorang gadis yang sangat cantik. Gadis itu adalah Sri Poh Haci.

‘’ Bangunlah Raden, tidak baik tidur sore-sore begini.’’ Ujarnya.

Mereka berkenalan dan akrab. Tak lama kemudian mereka menjadi sepasang kekasih. Awalnya Nyi Siti tidak merestui hubungan mereka karena ia tidak mengetahui asal usul Raden Budog. Namun, ia melihat putrinya sangat bahagia bersama dengan lelaki itu. Ia pun mengalah dan merestui hubungan mereka.

Raden Budog dan Sri Poh Haci akhirnya menikah. Setelah menikah kebiasaan Sri Poh Haci bermain Ngagondang tidak juga hilang. Bahkan kini Raden Budog pun ikut memainkannya. Raden Budog selalu ingin memainkan lesung setiap hari. Bahkan ia pun ingin bermain pada hari jumat. Istri, mertua dan para tetangga sudah berusaha melarangnya. Tetapi, raden Budog tidak mendengarkan dan bersikeras untuk bermain.

Dengan penuh semangat ia menabuh-nabuhkan lesung. Ia melompat ke sana kemari mengikuti alunan suara lesung.

Tiba-tiba, pra tetangga terteriak sambil tertawa geli menunjuk kea rah Raden Budog . ‘’ Hahahaa.. lucu sekali.’’

Raden Budog heran. Mengapa mereka menertawakannya dan menyebutnya sebagai lutung. Ketika di lihat, ternyata sekujur tubuhnya telah penuh dengan bulu berwarna hitam. Di bokonnya juga tumbuh ekor yang panjang.

Raden Budog sangat ketakutan dan merasa malu. Lalu, ia berlari ke hutan dan bersembunyi di sana. Para penduduk memanggilnya dengan sebutan Lutung Kasarung.

Setelah kejadian itu Sri Poh Haci pergi dari kampung. Ia sangat malu dan menyesali perbuatan suaminya. Menurut cerita, Sri Poh Haci kemudian menjelma menjadi ‘’ Dewi Padi.’’

Desa tersebut, kemudian dinamakan Desa Lesung. Karena letaknya berada di tanjung. Desa itu kemudian di beri nama Tanjung Lesung.

Pesan moral : adalah ikutilah aturan yang berlaku di suatu tempat. Ingat peribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Berbagi Trip | Kisah Si Penyumpit dan Babi hutan adalah Cerita Rakyat dari Bangka Belitung


http://www.dongeng.web.id/wp-content/uploads/2015/08/sumpit.jpg

Cerita Rakyat dari Bangka Belitung Si Penyumpit

Si Penyumpit adalah seorang pemuda yang pandai menyumpit hewan buruan. Selain kemampuannya dalam menyumpit, dia juga pandai meramu obat-obatan. Penduduk desa sangat menyukai si Penyumpit. Hanya satu orang yang tidak suka padanya, yaitu Pak Raje, Kepala Desa yang kikir. Almarhum ayah si Penyumpit pernah berutang pada Pak Raje dan ia selalu menuntut si Penyumpit untuk melunasi utang ayahnya.

Suatu hari, Pak Raje menemui Si Penyumpit. "Hai Penyumpit, untuk melunasi utang ayahmu, kau harus menjaga sawahku dari serbuan babi hutan. Sumpitlah mereka supaya tidak kembali lagi. Tapi ingat, jika kau lengah dan babi hutan itu merusak padiku lagi, kau harus membayar ganti rugi padaku," kata Pak Raje. Tak bisa menolak, Penyumpitpun menyetujuinya.

Malam itu, ia memulai tugasnya dengan waspada."Aha, itu mereka," bisiknya dalam hati, matanya memandang tajam ke arah sawah milik Pak Raje. Segerombolan babi hutan menuju ke sawah Pak Raje. Si Penyumpit mengeluarkan alat sumpitnya, dan huuppp... melayanglah anak sumpitnya ke gerombolan babi hutan itu. "Ngoiikkk..." seekor babi hutan terkena sumpitannya. "Ngoikkk...ngoik... ngoik..." babi hutan itu berteriak-teriak seolah memberi peringatan pada teman-temannya. Mereka semua Iari menyelamatkan diri.

Si Penyumpit keluar dari persembunyiannya. Ia hendak melihat babi hutan yang disumpitnya, tapi babi hutan itu sudah pergi. "Aneh, seharusnya ia mati terkena sumpitanku." Penasaran, si Penyumpit mengikuti jejak darah yang tercecer di tanah. Jejak itu berhenti di sebuah rumah kecil di hutan. Dari jendela, terlihat beberapa wanita cantik. "Di mana babi hutan itu?" bisiknya. Salah satu dari wanita cantik itu terluka perutnya. Si Penyumpit pun mempertajam penglihatannya. "Hei, bukankah itu mata sumpitku?" Ia heran, tadi ia menyumpit babi hutan, tapi mengapa wanita itu terluka? Tak mau berlama-lama, si Penyumpit mengetuk pintu.

"Siapa kau mengapa datang tengah malam begini?" tanya wanita yang membuka pintu.

"Namaku si Penyumpit. Tadi aku menyumpit seekor babi hutan. Tapi aneh, babi hutan itu hilang. Setelah aku ikuti jejak darahnya, ternyata berhenti di rumah ini."

"Oh, jadi kau yang menyumpit adik kami? Lihat, sekarang ia kesakitan. Kami tak tahu bagaimana caranya melepas mata sumpit itu," kata wanita itu marah. Si Penyumpit bingung. "Apakah kalian ini gerombolan babi hutan tadi?" tanyanya.

"Ya, kami memang siluman babi hutan. Kami menjadi babi hutan untuk mencari makan di malam hari," jawab wanita itu.
Cerita Rakyat Bangka Belitung Si Penyumpit

Cerita Rakyat Bangka Belitung Si Penyumpit

Sekarang barulah si Penyumpit mengerti. "Oh, maafkan aku. Aku tak sengaja melukai adikmu. Tapi jangan khawatir, aku akan melepaskan anak sumpit itu dan mengobati lukanya," katanya. Wanita itu setuju.

Si Penyumpit meminta beberapa helai daun keremunting yang ditumbuk. Ia akan membalutkannya ke luka tersebut. Berhasil... anak sumpit itu berhasil ditarik. Luka di perut itu kemudian dibalut dengan tumbukan daun keremunting. Darah pun berhenti bercucuran.

Wanita itu lega. Ia berterima kasih pada si Penyumpit. "Meskipun kau telah menyumpit adikku, aku tetap berterima kasih padamu. Sebagai hadiah, terimalah ini," kata wanita itu sambil mengeluarkan empat bungkusan kecil.

Si Penyumpit menolak, "Sudah seharusnya aku mengobati adikmu. Tak perlu memberiku hadiah."

"Terimalah. Bungkusan ini berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering. Anggaplah ini sebagai tanda persahabatan dari kami," kata wanita itu memaksa. Akhirnya, si Penyumpit mengalah. Ia menerima keempat bungkusan itu.

Hari sudah menjelang pagi ketika si Penyumpit sampai di rumah. Dengan hati-hati, ia membuka bungkusan tadi. Terngata isinya perhiasan emas, intan, dan berlian! Si Penyumpit gembira sekali, "Terima kasih babi hutan. Dengan begini aku mampu melunasi utang ayahku pada Pak Raje.” Gumamnya dalam hati.

Si Penyumpit menjual semua perhiasan itu dan menemui Pak Raje. "Darimana kau dapat uang sebanyak ini? Jangan-jangan kau merampok?" tanya Pak Raje curiga.

Si Penyumpit lalu menceritakan pengalamannya pada Pak Raje. "Jadi, sekarang utang ayahku sudah lunas, ya Pak," kata si Penyumpit. Pak Raje hanya mengangguk. Dalam hati, ia punya rencana. Ia akan meniru pengalaman si Penyumpit. "He... he... siapa tahu babi hutan itu juga memberiku perhiasan," tawanya dalam hati.

Malam harinya, Pak Raje sudah siap dengan alat sumpitnya. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya babi-babi hutan itu datang. Persis seperti pengalaman si Penyumpit sebelumnya, ia menyumpit babi-babi hutan itu. Pak Raje juga mengikuti jejak ceceran darah babi hutan yang terluka. Ia pura-pura hendak menolong wanita siluman babi hutan itu.

Pak Raje tak tahu, seharusnya ia mempersiapkan ramuan obat untuk mencegah darah bercucuran dari luka. Ketika Pak Raje mencabut anak sumpitnya, wanita itu berteriak kesakitan. Darah segar mengucur deras dari lukanya. Darah itu tak mau berhenti, sehingga mereka semua panik. Wanita-wanita itu marah. Mereka berubah menjadi babi hutan dan menyerang Pak Raje.

Pak Raje kembali ke rumahnya dengan tubuh penuh luka. Putrinya sangat terkejut melihat keadaan agahnya. Ia lalu segera menemui si Penyumpit untuk meminta tolong.

“Apa yang terjadi? Mengapa ayahniu terluka parah." tanya si Penyumpit.

"Aku tak tahu. Semalam Ayah bilang la mau menjaga sawah untuk menangkal babi hutan. Mungkin Ayah diserang babi hutan?" jawab putri Pak Raje, Mendengar hal itu, mengertilah si Penyumpit apa yang sebenarnya telah terjadi pada Pak Roje. Sebenarnya ia hendak menertawakan kebodohan Pak Raje, noman dia tidak tega melihat putri Pak Raje yang terus menangis.

Si Penyumpit kemudian meramu obat dan mengoleskannya ke seluruh tubuh Pak Raje. Perlahan, Pak Raje mulai menggerakkan tangannya dan membuka matanya. Melihat si Penyumpit yang sedang mengobati dirinya, dia menjadi malu. "Ayah, syukurlah Ayah sudah sadar," kata putrinya.

Perlahan, Pak Raje bangun dan duduk di pembaringannya.

"Maafkan aku atas sikapku selama ini. Kau memang pemuda yang baik, sedikit pun kau tidak mendendam padaku," katanya. "Untuk membalas budi, aku akan menikahkanmu dengan putriku. Apakah engkau bersedia?" tanya Pak Roje lagi.

Putri Pa k Roje tersipu malu. Si Penyumpit memandanginya. Memang sebenarnya sudah lama Si Penyumpit menyukai putri Pak Raje yang cantik dan baik hati. Tapi ia tak pernah berani mengatakannya. "Tentu aku mau Pak Raje," jawab Si Penyumpit gembira.

"Jika begitu, aya kita sebarkan berita baik ini pada penduduk desa," kata Pak Raje dengan bersemangat.

Pesta pemikahan antara si Penyumpit dan putri Pak Raje dilaksanakan dengan merioh. Semua penduduk desa diundang. Karena sudah berusia lanjut. Pak Raje meminta si Penyumpit untuk menggantikannya sebagai kepala desa. Dan si Penyumpit berhasil memimpin desa itu dengan arif dan bijaksana sehingga masyarakat hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan

Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Bangka Belitung : Si Penyumpit untukmu adalah kecurangan tak akan berbuah kebaikan. Percaya pada kemampuan diri sendiri dan terus berusaha sekuat tenaga, itulah yang membuahkan kemenangan.