Pulau Badi Tempat Rehabilitasi karang

https://mrusdianto.files.wordpress.com/2011/12/pulau-badi1.jpg
 
Sulawesi Selatan satu di antara sejumlah provinsi yang dikenal sebagai surga bahari. Gugusan kepulauan spermonde yang menunjang kawasan wisatanya membuat pelancong akan lebih mudah menemukan sejumlah pantai dengan air laut yang bening, hingga hamparan pasir putih yang memukau.

Pulau Badi, menjadi salah satu destinasi yang mampu beradu indah dengan pantai-pantai populer lain di sejumlah kota wisata. Di pulau ini Anda tak hanya akan menemukan panorama alam pantai nan indah namun juga pusat pengembangan rehabilitasi karang dunia. Pulau Ini terletak di Desa Mattiro Deceng, Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajenne Kepulauan.
 
Dari Makassar, pulau ini bisa ditempuh sekitar dua jam perjalanan menggunakan kapal cepat.

Alternatif penyebrangan bisa anda lakukan melalui sejumlah penyebrangan seperti kayu bangkoa Jl Pasar Ikan, Dermaga Benteng Panynyua (Depan Rotterdam) maupun Pelabuhan Paotere. Pulau Badi, Pangkep menjadi salah satu destinasi yang mampu beradu indah dengan pantai-pantai populer lain di sejumlah kota wisata. 

Badi sendiri merupakan salah satu pulau yang dihuni masyarakat namun tetap mampu terjaga dan menjadi tempat kunjungan pilihan bagi anda yang hendak ke Sulsel. Pulau ini tak hanya populer dikalangan masyarakat setempat, namun dunia pun sudah mengakui.

Hal ini dibuktikan dengan silih bergantinya tokoh besar dunia seperti Jhon Mc Kein dan sejumlah penyelam dunia yang jauh-jauh dari berbagai negara hanya ingin mengintip langsung keberhasilan rehabilitasi karang yang digalakkan pulau dengan luas 6,50 hektar ini

Pulau Badi memiliki sekitar 402 kepala keluarga (KK), sejak tahun 2007 salah satu perusahaan kakao yang berbasis di Amerika yakni PT Mars Symbioscience mencanangkan pulau ini sebagai pusat pengembangan rehabilitasi karang.

Sekitar 700 meter persegi lahan di pulau yang dulunya dikenal sebagai sentra pembuatan perahu jolloro (perahu tradisional khas Makassar) ini direhabilitasi melalui pemasangan rekayasa terumbu karang. Sejak dicetuskan 2007, PT Mars bersama penduduk setempat tercatat telah merehabilitasi sekitar 10.000 meter persegi lahan untuk pengembangan ekosistem laut. Upaya berkelanjutan inilah yang sekaligus membuat pulau Badi menjadi daerah percontohan dari rehabilitasi terumbu karang terbesar di dunia.

Pulau Kaniungan, Berau


http://picture.triptrus.com/picture/l6251

Secara administratif, Pulau Kaniungan berada di RT 3, Kampung Teluk Sumbang, Biduk-Biduk, Berau. Dan secara geografis terletak pada titik 118 derajat, 50’ dan 70” BT, dan 1 derajat 7’ dan 1” LU.

Tak mudah untuk menjangkaunya. Karena itu pula, pulau yang sebenarnya terbagi jadi dua, Kaniungan Besar dan Kecil itu, masih terjaga keasriannya. Tak banyak sentuhan tangan manusia yang telah menjamahnya. Ikan-ikan buruan nelayan juga mudah ditemukan. Itu sebab perairan sekitar Kaniungan selalu ramai para pengadu nasib di tengah laut.

Di pinggir laut, padang lanun yang terhampar di perairan dangkal, menjadikan habitat penyu dengan mudah ditemui. Dua pulau itu juga jadi tempat hewan dengan tempurung tebal itu bertelur. Aktivitas manusia yang masih terbilang minim di tempat indah tersebut, menjadikan hewan yang jadi simbol Berau itu tetap lestari.

“Pada bulan tujuh atau delapan (Juli-Agustus, Red) banyak penyu yang ke darat. Semalam bisa sampai lima puluh ekor. Baik di Kaniungan Besar atau Kecil, sama-sama ramainya,” tutur Abdul Jalil, Ketua RT 3 Teluk Sumbang kepada Berau Post.

Pesona dua daratan Kaniungan bagi habitat penyu melakukan reproduksi, memang tak hanya pada dua bulan yang biasa disebut Musim Selatan itu. Hanya saja intensitas penyu bertelur semakin kecil pada bulan-bulan lainnya.

Kaniungan, sejauh ini memang belum memberikan daya tarik lebih besar selain bagi para penyu bertelur. Namun, dari sejarah yang dituturkan Abdul Jalil, pulau yang punya luas 55,4 hektare itu, setelah diukur oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gajah Mada Jogjakarta, Agustus 2015 lalu, sebenarnya sudah mulai ditinggali sejak tahun 1730. Dan, Pulau Kaniungan Kecil, sampai saat ini tak ada manusia yang meninggalinya. “Karena di sana tak ada sumber air tawar,” ungkapnya.

Abdul Jalil bisa memberikan angka pasti soal tahun Kaniungan mulai didiami manusia adalah arsip yang tertulis dalam aksara Lontara yang tersimpan di Keraton Sambaliung, Berau. Pak RT, begitu Abdul Jalil biasa disapa, meyakinkan bahwa Suku Bugis adalah pendatang pertama yang mendiami pulau tersebut.

Bukti sejarah Pulau Kaniungan Besar pernah jadi “perlindungan” pelaut yang ingin mendarat adalah komplek kuburan yang berada di tengah-tengah pulau. Ada beberapa nisan, yang terbuat dari kayu dan batu, dan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan karena minimnya perawatan.

Bahkan, sebagian besar nisan dari kayu ulin yang tertancap di atas pusara, hampir ludes jadi abu, imbas kebakaran lahan beberapa tahun lalu. Dari persebaran nisannya, tampak jika itu adalah areal kuburan yang dulunya tertata rapi. Dengan satu kuburan di bagian tengah, dan dikelilingi kuburan-kuburan lain yang membentuk satu formasi tertentu.

Perlu penggalian sejarah lebih lanjut untuk menentukan kepastian informasi tentang areal makam tersebut. Dari sisa-sisa nisan yang terbakar, masih jelas terlihat aksara Lontara yang jadi penanda dan identitas tentang jasad yang dikubur di lokasi itu. “Yang saya tahu, kalau nisan bentuknya bulat itu berarti yang dikubur laki-laki, dan kalau nisan yang datar, itu berarti perempuan,” lanjut Abdul Jalil.

Umur yang sudah sepuh bagi Pulau Kaniungan sejak didiami manusia, ternyata tak sebanding dengan penambahan jumlah penduduknya. Dari data yang dipegang Abdul Jalil, saat ini hanya ada 18 kepala keluarga, dengan jumlah jiwa hanya mencapai 52. “Kalau dilihat dari jenis pekerjaan, pemegang KTP semuanya bekerja sebagai nelayan,” ungkap pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah itu.

Keberadaan Pulau Kaniungan ternyata juga diakui Junaedi, salah seorang yang ikut dalam rombongan pelayaran lalu itu. Pria yang tumbuh besar dan tinggal di Biduk-Biduk itu, menganggap bahwa moyangnya juga berasal dari Kaniungan. “Dari cerita orangtua, dulu nenek-kakek kami tinggal di Kaniungan. Lama kelamaan mereka pindah ke darat (Biduk-Biduk),” ujarnya.

Nama dua pulau itu sendiri berasal dari nama tumbuhan dan buah yang punya nama sama; Kaniungan. Dulunya, pulau tersebut, selain dipenuhi pohon kelapa, juga banyak ditemukan pohon buah Kaniungan. Saat berkeliling pulau tersebut, Abdul Jalil menunjukkan bagaimana rupa tumbuhan yang ternyata hanya tersisa satu pokok. Dari bentuk batangnya, hampir mirip batang jambu biji. Diameter tak lebih dari 10 cm. Daunnya mirip daun jeruk, juga dengan aroma khas buah berair dan berasa masam tersebut.

“Ya, buahnya mirip jeruk. Tapi paling besarnya cuma sejempol tangan. Sayang, ini bukan lagi musimnya berbuah,” ungkap Pak RT. “Ini tinggal satu batang. Semoga yang punya lahan mau menjaga pohon ini, karena ini benar-benar sejarah yang harus dilestarikan.

Pulau tagalaya


 http://www.iftfishing.com/wp-content/uploads/2013/09/Pulau-Tagalaya-720x340.jpg
  
Berbicara mengenai keindahan wisata Bahari di Indonesia seperti nya tidak akan ada habis nya. 

Hal ini di karenakan Indonesia memang merupakan salah satu destinansi para pecinta keindahan Bahari. Tidak hanya penikmat dari dalam negeri namun juga dari luar negeri. Namun, masih banyak wisata Bahari di Indonesia yang belum banyak diketahui oleh wisatawan. Padahal, wisata-wisata tersebut lah yang masih banyak dicari oleh para wisatawan. Mungkin karena masih belum terjamah oleh tangan-tangan jail sehingga keindahan atau keeksotikan nya masih sangat alami.

Beberapa pulau di Indonesia memang masih menawarkan keindahan Bahari yang masih alami. Salah satu nya yakni keindahan pulau Tagalaya. Pulau yang terletak di Tobelo, Halmahera, Maluku Utara ini masih sangat dijaga kelestarian nya. Sebuah pulau yang relatif kecil ini memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa indah nya, terutama keindahan biota laut nya.

Pulau Tagalaya menyajikan sebuah panorama yang luar biasa memukau. Bagaimana tidak, hamparan pasir putih sepanjang pantai seolah-olah telah menyambut kedatangan para wisatawan sekalian. Selain itu pulau ini menyajikan air laut yang sebening kaca dan keindahan laut nya bagaikan sebuah lukisan yang tidak ternilai harga nya, belum lagi ketika kita menyelam 'diving' maka kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa cantik nya. Inilah salah satu spot diving yang bisa dikatakan sangat rekomendasi buat pengunjung sekalian yang memang suka atau hobby dengan olahraga yang satu ini.

Pulau Tagalaya menawarkan sebuah keindahan alam bawah laut yang sempurna untuk para penyelam. Bukan hanya terumbu karang yang sangat memukau, ikan-ikan yang berwarna-warni berenang-renang kesana kemari dan juluran tentakel dari gurita laut saja yang akan kita temui di tempat ini. Namun, di pulau ini kita juga dapat menikmati keindahan alam yang sungguh luar biasa. Pepohonan bakau yang tumbuh di atas pasir putih dan apabila kita melihat di sisi sebelah Utara maka pengunjung akan disuguhi bebatuan karang yang sangat indah.

Bahkan untuk menikmati keindahan bawah laut nya, wisatawan tidak perlu harus menyelam dalam-dalam. Hal ini dikarenakan dengan melihat saja tanpa harus menyelam wisatawan sudah dapat melihat terumbu karang yang hidup dengan alami dan terjaga keindahannya. Namun, kalau ingin yang jauh lebih indah maka pengunjung dapat menyelam dengan kedalaman antara 2-10 meter saja. Karena terumbu karang dan biota laut dalam keadaan baik dapat kita temui pada kedalaman tersebut. Sungguh sebuah pulau yang sangat memanjakan mata wisatawan sekalian.

Namun, ada satu peraturan di pulau ini yang harus dipatuhi oleh para wisatawan. Yakni, para wisatawan dilarang untuk menginjak atau tidak boleh berpijak di atas bunga karang apabila sedang menyelam. Hal ini dikarenakan, agar tidak terjadi kerusakan terhadap bunga karang tersebut. Kalaupun harus berpijak, silahkan mencari pijakan yang tidak menyebabkan bunga karang tersebut rusak. Sebuah peraturan yang sungguh baik untuk dijalankan, agar ekosistem nya tetap terjaga.. Jadi, silahkan cantumkan Pulau Tagalaya dalam daftar List destinasi penyelaman Anda berikut nya. Love Diving and always save our earth.

Akses

Untuk dapat sampai ke pulau Tagalaya, wisatawan dapat menggunakan dua alternatif kendaraan yakni menggunakan perahu tradisional "ketinting" bersama-sama atau dapat pula menyewa Speedboat dari pelabuhan Tobelo.

Diperlukan waktu kurang lebih 20-30 menit perjalanan untuk sampai ke pulau Tagalaya dari pelabuhan Tobelo. Bagi pengunjung sekalian yang memang ingin menikmati keindahan pulau ini tidak ada salah nya apabila menggunakan perahu tradisional. Dengan menggunakan perahu tradisional tersebut wisatawan akan disuguhi keindahan bahari Maluku selama perjalanan. Selain itu wisatawan juga dapat lebih mengenal warga sekitar melalui perbincangan ringan bersama pemiliki perahu, siapa tahu nanti harga sewa perahu dapat potongan.