NAVIGASI DARAT

TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHwTGZFASN8r_Lpf48Hr8FPQx2TQlhqwBX0elhtiJW2szJ9l8fKMGkyefJtzf0X4HfgA0FMbgM4iI-LSxFi5mx0cSmelrmdQkxLNUe49CZrHWAm6fcF_wBwCvXbic1dQaFCLG6c_F918c/s1600/IMG_3949.JPG

Sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal yang harus dimiliki. Pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan dan target tertentu dalam berkegiatan di alam bebas. Selain itu penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Untuk pelaksanaan tugas SAR, evakuasi, dll. Pengetahuan tentang medan ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. Selain mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan geologi, pengetahuan lingkungan, dll.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita dan orang lain.

Navigasi Darat adalah suatu tekhnik untuk menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat baik di medan sebenarnya maupun pada peta, ssedangkan personil yang menggunakannya disebut NAVIGATOR. Berkaitan dengan pengertian tersebut, pemahaman tentang kompas dan peta serta cara penggunaannya mutlak harus dikuasai.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada di medan sebenarnya yang diproyeksikan pada peta. Kunci pemahaman navigasi hanya 2 macam, yaitu :
1. Mampu merekam dan membaca gambar permukaan fisik bumi
2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.
Alat yang diperlukan untuk melakukan Navigasi Darat, antara lain :
Peta – Kompas – Altimeter – Protaktor – Alat Tulis – Penggaris.

Bule Rusia Dan Gunung Salak Yang Angker

Siapa yang tak kenal gunung satu ini. Keangkeran gunung ini makin populer setelah terjadinya kecelakaan hebat yang menyita banyak perhatian seluruh dunia. Semua mata memandang ke Indonesia. Kecelakaan pesawat jet Sukhoi yang menghilangkan nyawa seluruh penumpangnya terjadi pada 9 Mei 2012. Identifikasi terakhir menunjukkan Sukhoi Superjet 100 hilang sekitar 75 mil laut (139 km) selatan Jakarta pada pukul  14.33 WIB.

Sejatinya SSJ-100 buatan  Rusia itu datang ke Indonesia dalam rangka demo flight. Mengenalkan produk baru dengan agenda bernama “ Joy Flight , Welcome Asia ! “. PT Tri Marga Rekatama selaku agen Sukhoi cabang Indonesia menyebar 100 undangan dengan target para pebisnis di bidang penerbangan, perusahaan dan tak ketinggalan media massa. Route demonstrasi ini adalah Bandara Halim Perdanakusumah-Pelabuhan Ratu-Bandara Halim Perdanakusumah.  Kelompok terbang pertama dilakukan dengan mulus dengan durasi perjalanan antara 30 – 35 menit.  Kelompok terbang kedua membawa 50 orang penumpang.  Terdiri dari 42 orang undangan sedangkan sisanya merupakan crew pesawat  Kloter kedua inilah yang mengalami bencana.

Menyadari hilangnya SSJ-100 , pemandu lalu lintas udara langsung mengumumkannya kepada public. Team SAR, TNI, pihak-pihak terkait dan masyarakat segera bergerak cepat melakukan konsolidasi, yakni menemukan SSJ-100 dalam keadaan apapun. Sayangnya hari telah malam sehingga pencarian darat dan udara hari itu gagal.

Pada tanggal 10 Mei pukul 09:00 WIB, pesawat pencari berhasil menemukan keberadaan SSJ-100 di Gunung Salak pada ketinggian 1.500 meter. Dari reruntuhannya yang sebagian besar masih utuh, diketahui  pesawat itu sedang mengarah ke Jakarta. Laporan awal menunjukkan pesawat telah menabrak tebing di ketinggian 6.250 kaki. Pesawat kemudian terindikasi meluncur menuruni tebing hingga tersangkut di ketinggian 5.300 kaki. Semua menjadi cemas. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Akses lewat udara juga nampaknya tidak mungkin. Apa daya, team SAR harus mencapai tempat itu dengan cara jalan kaki. Dari sinilah cerita-cerita mistis ini bermula.


Gunung Salak, bagi para pecinta alam memang medan yang cukup berat. Baik secara fisik maupun mental spiritual. Dua orang penyelidik Rusia berusia muda dengan gagah berani menjawab tantangan ini. Dengan sepatu lars mahal dan kacamata hitam ala tentara Hollywood, mereka bergerak cepat menuju lokasi. Tubuhnya yang tinggi besar, berjalan melewati barisan manusia yang relative kecil. Melihat ini, dengan sopan anggota Komando Pasukan Khusus yang menjadi bagian tema SAR, mempersilahkan
keduanya lewat mendahului. Mereka lantas menghilang dari pandangan.  Semuanya kembali nampak normal. Team SAR tetap berjalan ke arah tujuan secara santai namun serius. Namun kurang dari satu jam, tiba-tiba kegaduhan terjadi. Keduanya muncul kembali mengarah ke bawah. Mukanya pucat dan tegang. Masyarakat menjadi keheranan.

“ Lho, ada ape bos ? “ tanya salah satu anggota Kopassus.
Seluruh rombongan terdiam. Semuanya saling berpandangan. Suasana hening.
 “ Ampun bro, ane nyerah bro. Pala ane pusing, bro. Kagak kuat … Nyerah bro. Ane  nyerah bro“.  Jawab salah satu orang bule Rusia itu. Tampangnya mewek seperti mau nangis. Tangannya garuk-garuk kepala. Lehernya melelet-lelet seperti orang kehausan.

Ya, begitulah kira-kira ilustrasi yang terjadi pada kedua penyelidik Rusia. Keduanya menyerah kalah pada kondisi gunung Salak. So, bisa anda bayangkan jika terjadi pertempuran di Gunung Salak. Pasti tentara-tentara bule ini sudah menangis kejang-kejang minta pulang kampung
 
Salah satu tradisi yang dijaga oleh masyarakat dan pendaki gunung adalah larangan untuk memetik bunga anggrek. Bunga ini memang tumbuh bebas di Gunung Salak. Boleh saja kita  tidak percaya, namun silahkan tanggung sendiri akibatnya. Sejumlah laporan menunjukkan, tidak sedikit dari mereka yang melanggar pesan turun temurun ini mengalami kematian, kesialan, minimalnya mengalami penampakan yang tidak mengenakkan. Membawa trauma psikologis yang tidak mudah disembuhkan. Secara fisik korban-korban pelanggaran ini mungkin terlihat meninggal karena kekurangan oksigen, penyakit jantung, cuaca dingin akut atau hal lainnya. Namun secara spiritual, bisa jadi mereka mengalami serangan brutal dari mahluk-mahluk yang ribuan tahun tinggal di gunung Salak.

Jatuhnya SSJ-100 di wilayah Gunung Salak tak lepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya. Mulai dari permintaan pilot untuk menurunkan ketinggian, hilangnya sinyal pesawat dengan demikian saja, penyebab cuaca buruk yang ternyata oleh BMKG dianggap saat itu justru cerah, hingga kisah TIM SAR yang menemukan banyak keganjilan-keganjilan saat melakukan evakuasi.

Bagi para peminat dunia spiritual, Gunung Salak adalah area segitiga bermuda yang menyimpan banyak misteri seperti halnya yang ada di daerah Puerto Rico, America.

6 Pendaki UIN Jogja Hilang


Gunung Salak dengan dua puncak, yakni Salak I (I 2.211 m dpl) dan Salak II (2.180 m dpl) yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat kembali memakan korban. Kali ini korbannya berasal dari anggota Mapalaska, Mahasiswa Pecinta Alam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Jogyakarta, yang dinyatakan hilang.

Keenam pendaki tersebut hilang sejak Kamis (28/1/20100), setelah salah seorang dari mereka mengirimkan pesan singkat kepada seorang senior untuk segera menjemput, karena kondisi mereka yang berada di tepi jurang.

“Di sini tebing longsor. Ngak bisa dijangkau tanpa alat. Kondisi kritis (Hypotermia). Lacak sinyal HP! HP! Drop! Jemput cepat!” demikian pesan yang disampaikan Febri.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, Sabtu (30/1/2010) 6 mahasiswa tersebut antara lain bernama Febri, Zaki, Wildan, Adib, Irham dan Unan.

Menurut Iwan Firdaus selaku SAR Mission Coodinator (SMC), keenam pendaki tersebut mulai mendaki sejak 23 Januari lalu melalui pintu kaki Gunung Salak, Ciapus. Mereka berencana turun pada 27 Januari. Namun karena cuaca yang tidak bersahabat ditambah dengan logsitik yang mulai menipis, membuat gerakan mereka terhambat tepat di tepi jurang yang cukup dalam.

“saat kita mencoba menghubungi mereka kembali, tidak ada jawaban. Besar kemungkinan handphone mereka sudah mati. Selain itu mereka juga sempat mengabarkan kordinat terakhir. Karenanya kita memutuskan untuk melakukan evakuasi SAR” ujang Iwan.

Sedangkan bagi Ketua Wapalapa Universitas Pakuan Bogor, Trisna, pihaknya mendapat kabar sekitar pukul 11.00 (29/01/2010) dari salah seorang pendaki senior Hari Macan. Begitu mendapat kabar Wapalapa langsung menurunkan tiga orang anggotanya untuk melakukan pencarian.

Diketahui, enam korban berada pada posisi 106,44’30”BT, 06,41’39”LS. Untuk melakukan evakuasi, pada pukul 16.20 empat orang anggota wapalapa lainnya kembali diterjunkan ke lokasi.

Evakuasi baru bisa dilakukan pada Jumat sore (29/1/2010), karena jumlah pencari yang belum memadai untuk jarak tempuh yang lumayan jauh dan terjal. Belum lagi, kondisi cuaca yang sering berubah-ubah.

Keenam mahasiswa tersebut, berdasarkan SMS yang diterima, sedang dalam kondisi kritis. Mereka bahkan memberi tahu jika posisinya yang cukup sulit untuk dijangkau tanpa adanya bantuan dari alat untuk evakuasi.

Sempat Terdengar Teriakan

Begitu mengetahui teman mereka hilang di Gunung Salak, beberapa orang mahasiswa pecinta alam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta dan Jakarta secara sukarela mendaki Gunung Salak guna mencari 6 rekannya yang hilang.

Tim pertama yang beranggotakan delapan orang langsung berangkat pada Jumat Sore (29/01/2010). Mereka sempat mendengar teriakan korban minta tolong saat tim pencari sudah mendekat. Hal ini dibenarkan oleh Ogi, anggota RAPI-Bogor yang bertugas sebagai kordinator komunikasi.

“Tim berangkat pada Jumat sore (29/1) melalui jalur Curug Nangka dipimpin oleh UIN Jakarta” ujar Ogi.

Ogi menambahkan, meski sudah bisa mendengar teriakan, tim evakuasi belum bisa mendekati posisi korbaan, karena lokasi mereka yang berada persis di lembah dalam.
Sementara itu, tim pencari kedua berjumlah 20 pendaki lainnya masih terus melakukan koordinasi perihal keberangkatan dalam melakukan evakuasi SAR. Ketiadaan alat evakuasi dan logistik menjadi salah satu penyebab tertahannya mereka.

Enam mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta hilang di Gunung Salak. Mereka berangkat sejak 23 Januari lalu melalui pintu kaki Gunung Salak, Ciapus. Mereka berencana turun 27 Januari.