Keindahan serta Jutaan misteri GUNUNG KERINCI

 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7d/Mount_Kerinci_from_Kayuaro.jpg
Selain terkenal karena pesona dan keindahan alamnya, tidak dapat dipungkiri banyak juga tempat Pariwisata di Indonesia semakin terkenal dan diminati setelah mendengar cerita-cerita legenda yang ada ditempat tersebut.

Seperti yang terdapat di tempat wisata di sekitar Gunung Kerinci, Provinsi Jambi. Ekotisme Kabupaten Kerinci, Jambi, yang ditetapkan sebagai kabupaten wisata oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tidak saja terpancar dari alamnya yang elok atau budaya masyarakatnya yang unik.
Kawasan wisata kerinci juga dibumbui cerita tentang sosok makluk misterius yang oleh masyarakat setempat disebut “orang pandak” (orang pendek).

Kemisteriusannya mirip keberadaan “yeti” di Pegunungan Himalaya dan “big foot” di hutan Amerika-Meksiko. Warga menyakini keberadaan mahkluk itu walau sulit dibuktikan keberadaannya.
Sosok berwujud aneh yang konon hidup di dalam kawasan rimba belantara Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), khususnya di Blok Gunung Tujuh, itu menjadi magnet khusus bagi wisatawan dan peneliti internasional.

Banyak turis, pecinta alam, dan ilmuan yang datang ke Kerinci bermaksud meneliti atau sekadar ingin bertemu makluk tersebut, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci Arlis Harun.

“Setidaknya, mereka sudah senang jika bertemu dengan tanda-tanda keberadaan makhluk itu,” katanya. Berpuluh tahun sudah hal tersebut jadi perbincangan dan buruan ilmuwan. Namun keberadaan makluk tersebut terus misterius hingga memunculkan anggapan sinis publik bahwa cerita itu hanya mitos. Penduduk setempat mengakui keberadaan orang pandak tersebut karena mereka sering bertemu walau secara tak sengaja.

Masyarakat Kerinci memiliki banyak sebutan untuk orang pandak. Ada juga yang menyebutnya sebagai makhluk sedepo (sedepa) dan piraw. Disebut sedepo karena memang ukuran tubuh makluk itu tidak sampai satu depa.

Masyarakat Melayu Jambi menyebut makhluk itu dengan piraw karena bisa meniru berbagai bahasa dan bunyi manusia atau makluk lain, lalu berkomunikasi dengan bahasa atau bunyi itu dengan fasih.
Selain itu, mahkluk itu disebut juga punya kemampuan telepatis (komunikasi supranatural), telekinetis (menggerakkan atau mendiamkan benda-benda dengan pikiran dan tatapan), dan teleportis (berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain).
Meneliti

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Jambi Guntur mengatakan, ilmuan yang paling lama meneliti keberadaan orang pandak adalah Deborah. Ilmuan asal Inggris itu pada 1994 hingga 1998 menetap di Kerinci bekerja di bawah naungan organisasi lingkungan WWF dan Balai Besar TNKS.

“Saya pemandunya waktu itu. Deborah selama penelitiannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti keberadaan makluk itu berupa foto jejak kaki yang amat mungil dan rekaman kelebat makluk kecil yang sangat tidak bisa diidentifikasi sebagai hewan,” kata Guntur menjelaskan. Bagi warga Kerinci, orang pandak bukan mitos. Mereka mengaku kerap bertemu dengan makluk yang memiliki kaki terbalik itu dalam kegiatan keseharian mereka, khususnya bagi mereka yang menjadi petani dan pemburu. Pertemuan berlangsung di ladang atau di tengah hutan. Para pendaki gunung pun banyak yang mengaku pernah berjumpa dengan mahkluk tersebut walaupun mereka baru menyadarinya belakangan.

Ketika bertemu, begitu cerita yang beredar, para pendaki umumnya tidak menyadari keberadaan makhluk itu, karena berdasarkan pengakuan mereka mahkluk itu lebih mirip dengan kera. Manajer Lapangan Pelestarian Harimau Sumatera TNKS Dian Risdianto mengakui cerita tentang misteri orang pandak memang menarik minat para ilmuan internasional untuk menelitinya. Namun hingga kini keberadaan mahkluk tersebut masih tetap misterius, kata dia, pasalnya para petugas Polhut yang berpatroli dan mengaku berjumpa makluk itupun tidak punya bukti. “Secara ilmiah, kita menduga makluk tersebut mungkin tarsius, sejenis monyet terkecil di dunia yang hanya sebesar katak, yang juga ditemukan ada dalam rimba TNKS,” katanya.

Di lain sisi, kata Irvan, TNKS memang menyimpan jutaan misteri yang mulai tergali satu per satu berkat penelitian. “Ini bukti kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki dan tersembunyi dalam TNKS Kerinci menungu untuk digali dan terus diteliti,” ujarnya. Hasil penelitian itu, misalnya tarsius, yang sebelumnya dilaporkan hanya ditemukan di hutan Amazon di Brasil, di hutan Papua, dan di Sulawesi, ternyata juga ada di TNKS. Yang baru terungkap di TNKS adalah ditemukannya kembali kucing emas, satwa langka yang sebelumnya dinyatakan telah punah.

Explorasi TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser)


Berbagi Trip

Gunung Leuser dengan ketinggian 3.404 m adalah gunung tertinggi di Aceh, Indonesia. Terletak di sebelah tenggara Aceh, dekat perbatasan dengan Sumatera Utara. Gunung Leuser terletak di dalam Taman Nasional Gunung Leuser yang mengambil nama gunung ini sebagai namanya. Sedangkan Taman Nasional Gunung Leuser dan area disekitarnya dikenal dengan nama Kawasan Ekosistem Leuser yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.

Berbagi trip ( Organisasi Pencinta Alam Depok )

Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah obyek wisata Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektar. Taman Nasional ini menawarkan panorama keindahan dan kekayaan hutan tropis di Indonesia. Secara administrasi terletak di dua provinsi yaitu Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Hutan ini dominannya berada di Aceh Timur, Aceh Selatan, dan Langkat Sumatera Utara, dikenal dengan hasil kopi kelas dunia dan tembakau.

Petualangan di taman nasional ini dapat dimulai melalui Bukit Lawang, Sumatra Utara, di mana berdiam orangutan yang mengesankan. Hutan Gunung Leuser juga memiliki kekayaan buah-buahan tropis seperti mangga, rambutan, durian, alpukat, jeruk, pepaya, dan jambu biji.

Taman Nasional Gunung Leuser dan area disekitarnya dikenal dengan nama Kawasan Ekosistem Leuser yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Ada sekira 130 spesies dapat diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser, yaitu: harimau sumatera, gajah, badak, siamang, kera, macan tutul, reptil, ikan, dan juga 325 spesies burung.

Taman Nasional Gunung Leuser sendiri mengambil nama dari Gunung Leuser (3404 M dpl) di Aceh. Taman nasionalnya meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi hutan lebat khas hujan tropis. Taman nasional ini dikelola dengan sistem zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.

Taman Nasional Gunung Leuser sangat luas, mencakup hutan bakau, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, hutan lumut, dan sampai hutan subalpine. Dengar berbagai ekosistem, taman nasional ini sebenarnya merupakan kelompok berbagai cagar alam dan hutan, yaitu: Cagar Alam Gunung Leuser, Kappi Cagar Alam, Cagar Alam Kluet, Sikundur-Langkat Wildlife Reserve, Ketambe Research Station, Singkil Barat, dan Dolok Sembilin.

Potensi Flora
Kawasan terdiri dari hutan pantai/rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan yang sebagian besar kawasan didominir oleh ekosistem hutan Dipterocarpaceae dengan flora langka khas Raflesia atjehensis dan Johanesteinimania altifrons (pohon payung raksasa) dan Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar, langka dan dilindungi dengan diamater 1,5 meter. Selain itu, itu terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan paceklik.

Raflesia Johanesteinimania altifrons
Taman Nasional Gunung Leuser, memiliki penyebaran vegetasi hutan yang komplit mulai dari vegetasi hutan pantai/rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan. Diperkirakan ada sekitar 3.500 jenis flora. 

Potensi Fauna
Taman Nasional Gunung Leuser juga kaya akan jenis fauna mulai dari Mamalia dan/Primata, Carnivora, Herbivora, Aves, Reptil, Amphibi, Pisces dan Invertebrata. Diperkirakan ada sekitar 89 jenis satwa yang tergolong langka dan dilindungi ada di sini di samping jenis satwa lainnya.

Untuk jenis mamalia dan/Primata Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 130 jenis mamalia atau sepertiga puluh dua dari keseluruhan jenis mamalia yang ada di dunia atau seperempat dari seluruh jumlah jenis mamalia yang ada di Indonesia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Mawasa (Pongo pygmaeus abelii), Sarudung (Hylobates lar), Siamang (Hylobates syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestriana) dan Kedih (Presbytis thomasi). Untuk jenis satwa carnivora seperti Macan dahan (Neofelis nebulosa), Beruang (Helarctos malayanus), Harimau sumatera (Phantera tigris Sumatraensis). Jenis satwa herbivora seperti Gajah (Elephas maximus), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensisi), Rusa (Cervus unicolor).

Jenis satwa Aves/burung , diperkirakan ada sekitar 325 jenis burung di Taman Nasional Gunung Leuser atau sepertiga puluh dari jumlah jenis burung yang ada di dunia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Rangkong Badak (Buceros rhinoceros).

Jenis fauna Reptilia dan Amphibia didominasi oleh jenis fauna ular berbisa dan Buaya (Crocodillus sp). Untuk fauna jenis Pisces yang menarik adalah Ikan Jurung (Tor sp), yang merupakan ikan khas Sungai Alas dan dagingnya terkenal akan kelezatannya serta bisa mencapai panjang 1 meter. Sedangkan jenis fauna Invertebrata, didominasi oleh Kupu-kupu.

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat pada hutan Taman Nasional Gunung Leuser antara lain:
•Orang Utan (Pongo pygmaeus abelii)
Orang Utan
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Harimau loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Gajah Sumatera (Elephas maximus)
Beruang Madu (Helarctos malayanus)
•Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)
Anjing Ajag (Cuon Alpinus)
•Siamang (Hylobates syndactylus)


Potensi Obyek Wisata dan Penelitian
Taman Nasional Gunung Leuser, di samping merupakan kawasan pelestarian alam yang kaya akan jenis flora dan faunanya juga kaya akan panorama alam yang indah dan dapat dijadikan obyek dalam kegiatan Ekotourism seperti berpetualang di alam bebas/berjalan-jalan di hutan, rekreasi, berkemah, mengamati burung, memancing, arung jeram/rafting dan lainnya di dalam zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Leuser. Taman Nasional Gunung Leuser juga meruapakan laboratorium alam yang terlengkap dan merupakan potensi besar untuk kegiatan penelitian serta kegiatan shooting film.

Potensi Kawasan :

Musim kunjungan terbaik adalah bulan Juni s/d Oktober. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi, antara lain:
 
Gurah. Melihat dan menikmati panorama alam, lembah, sumber air panas, danau, air terjun, pengamatan satwa dan tumbuhan seperti bunga Rafflesia, Orang Utan, Burung, Ular dan Kupu-kupu.
Rehabilitasi Orangutan Bohorok. Melihat Orang Utan yang sedang diberi makan, selain itu terdapat panorama sungai, bumi perkemahan, dan pengamatan burung.

Kluet. Bersampan di sungai dan danau, trekking pada hutan pantai dan wisata goa. Daerah ini merupakan basis harimau. Sekundur. Berkemah, wisata goa dan pengamatan satwa. Ketambe dan Suak Belimbing. Penelitian primata dan satwa lain yang dilengkapi rumah peneliti dan perpustakaan.
Gunung Leuser (3.404 m dpl), dan Gunung Kemiri (3.314 m dpl). Memanjat dan mendaki gunung. Untuk kegiatan pendakian gunung, ada 2 (dua) puncak tertinggi yang dapat dijadikan Titik Tujuan Pendakian di samping puncak gunung lainnya.

Gunung Leuser (3404 M) Perjalanan ke puncak Gunung Leuser dapat dimulai dari Agusan (sebelah barat Blangkejeren - Aceh Tenggara) dengan waktu tempuh diperkirakan 15 hari dan dari Panosan (Blangkejeren - Aceh Tenggara) dengan waktu tempuh diperkirakan 9 hari. Obyek selain medan lapangan Gunung Leuser yang dapat dinikmati adalah hutan tropis yang masih perawan, hutan dataran tinggi yang lebat, hutan lumut padang bunga liar yang luas, harimau, rusa, burung dan satwa primata lainnya.

Gunung Kemiri (3314 M) Perjalanan menuju puncak Gunung Kemiri dapat dimulai dari Gumpang (Aceh Tenggara - Propinsi DI Aceh) melalui lereng-lereng di sebelah barat Sungai Alas, dengan waktu tempuh diperkirakan selama 5 hari. Obyek yang dapat dinikmati adalah hutan tropis yang perawan, panorama puncak Gunung Leuser dan Gunung Bendahara, Kota Kutacane, primata (Orang Utan, Gibbon, Siamang, Kera), Rusa, Harimau dan lainnya.

Arung Jeram Sungai Alas. Untuk kegiatan rafting menyusuri Sungai Alas, dapat dilakukan di lokasi. Sungai Alas (Gurah - Aceh Tenggara) sampai ke Gelombang (Aceh Selatan) dengan pembagian rute, yakni:
Dari Gurah sampai Muara Situlen, waktu perjalanan selama 2 hari.
Gurah sampai Gelombang, waktu perjalanan selama 5 hari.
Dari Muara Situlen sampai Gelombang, waktu perjalanan 3 hari.
Sungai Alas

Sarana dan Prasarana yang Tersedia
Sarana dan prasarana yang tersedia di dalam obyek wisata antara lain : penginapan tradisional s/d bungalow, kantin/restaurant, visitor centre/tourist information, jalan setapak (trail) untuk menikmati hutan, sumber air panas, air terjun, areal berkemah, tower, shelter dan petugas pemandu Taman Nasional Gunung Leuser yang berpengalaman dan siap untuk berbagai kegiatan.

Visitor Centre Boerohok di Bukit lawang. Obyek yang menarik untuk dinikmati berupa panorama alam hutan tropis dan perkampungan rakyat tradisional di sepanjang tepian Sungai Alas, medan sungai yang berarus tenang sampai deras dan jeram-jeramnya yang membawa keasyikan tersendiri dan memerlukan keberanian yang tinggi. Dan juga jenis satwa yang turun minum ke tepi sungai seperti primata, rusa, babi hutan, gajah, burung, dan mandi di Sungai Alas yang sejuk dan jernih.

Cara Mencapai Lokasi Taman Nasional :
•Medan - Kutacane (+ 240 km), 8 jam dengan mobil.
•Kutacane - Gurah/Ketambe (+ 35 km), 30 menit dengan mobil.
•Medan - Bohorok/Bukit Lawang (+ 60 km), 1 jam dengan mobil.
Medan - Sei Betung Sekundur (+ 150 km), 2 jam dengan mobil.
•Medan - Tapak Tuan (+ 260 km), 10 jam dengan mobil.

Transportasi dan Akomodasi
Masuk dari Bukit Lawang diSumatera Utara dan melakukan perjalanan ke Medan adalah rute yang mudah. Silakan lihat Transportasi – artikel Medan untuk aksesibilitas yang lebih rinci. Ketambe juga merupakan alternatif untuk masuk ke Taman Nasional Leuser. Menuju Ketambe juga lebih mudah dari Medan atau Kutacane, sebuah kota dekat ke Ketambe.

Anda dapat menggunakan bus dari Medan, di Terminal Bus Pinang Baris ke Bukit Lawang, 86 km melalui jalan darat ke barat laut. Periksa harga tiketnya untuk satu kali perjalanan dan siapkan uang Anda di muka. Bus berangkat setiap 30 menit. Kadang-kadang jadwalnya tidak pasti. Untuk kembali ke Medan, Anda dapat mengambil minibus atau bus besar dari Terminal Bus Bukit Lawang.
Anda akan menemukan pengemudi menawarkan minivan dari terminal feri Belawan langsung ke Bukit Lawang. Harga dapat bervariasi dan lebih tinggi dibandingkan dengan transportasi umum.

Gunung Berapi Paling Terkenal di Jawa Timur


Menjelajah Gunung Berapi Paling Terkenal di Jawa Timur

bromo 1'

Ada yang sudah pernah ke Bromo?
Bagi yang pernah kesana, pasti tahu Gunung Bromo begitu terkenal akan keindahan sunrisenya.
Nah, bagi yang belum pernah kesana, gapapa, disini saya akan menggambarkan garis besar tentang Gunung Bromo. Tenaanggg, tenaanggg.. Jangan khawatir dan mari simak penjelasan saya berikut ini 
Bromo adalah gunung berapi aktif dan paling terkenal di Jawa Timur. Letaknya dimana sih? Nah, Bromo ini sebenarnya berada di antara 4 Kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan terakhir Kabupaten Malang. Karnanya, Bromo sangat mudah untuk diakses atau ditempuh dari berbagai sudut dari kota yang ada di Jawa Timur.

Masih belum punya gambaran Anda harus memulai perjalanan dari mana? Tenaaangg, berikut saya jabarkan jalur mana saja yang bisa Anda jadikan alternatif untuk dapat berkunjung ke destinasi yang satu ini. Cekidot :D :
  1. Jalur ke Bromo dari Kabupaten Probolinggo:
  • Tonggas – Lumbang – Sukapura – Ngadisari – Cemoro Lawang – Gunung Bromo
  • Ketapang – Patalan – Sukapura – Ngadisari – Cemoro Lawang – Gunung Bromo
  1. Jalur ke Bromo dari Kabupaten Pasuruan:
         Wonorejo – Warungdowo – Tosari – Wonokitri – Pananjakan – Gunung Bromo
  1. Jalur ke Bromo dari Kabupaten Lumajang:
         Senduro – Bumo – Ranu Pane – Gunung Bromo
  1. Jalur ke Bromo dari Kabupaten Malang:
         Tumpang – Gubuk Klakah – Jemplang – Penanjakan – Gunung Bromo

bromo

Bromo  yg berketinggian 2.392 Meter Dari Permukaan Laut, mempunyai daya tariknya tersendiri bagi para pelancong yang ingin menjelajah disini, pemikat utamanya adalah kaldera (lautan pasir) yang luasnya sekitar 10 KM2. Selain kaledra, masih banyak lagi obyek wisata lain yang menarik yang bisa dinikmati, yaitu Padang Savana Bromo, Bukit Teletubies, Lautan Pasir Bromo, Upacara Kasada, Air Terjun Madakaripura dan masih banyak lagi yang lainnya :D
 
Anda berminat? 
Yuks ke Bromo! 
Selamat menjelajah, guys..! 
Semoga liburannya menyenangkan! :D