Siapa Lupakan Ini, Ia Terhalang dari Kebaikan yang Besar

http://bersamadakwah.net/wp-content/uploads/2015/12/kebaikan-yang-besar-640x411.jpg


sumber gambar: www.ummi-online.com


Kaum Muslimin memiliki misi hidup yang mulia. Selain menyelamatkan diri, mereka juga berupaya menyelamatkan umat manusia dari gelap kebodohan menuju cahaya keimanan. Sebuah tugas mulia yang tidak bisa dipikul oleh semua orang. Hanya orang-orang tertentu yang diberi karunia untuk menjalankan misi mulia ini.
Saat kita memilih menjadi Muslim, maka kita juga berprofesi sebagai penulis, dai, guru, mursyid, murabbi, musyrif, atau sebutan pendidik lainnya. Ketika itu, ada satu etika penting yang kini banyak dilupakan. Sebagian masih mempraktikkannya, sebagian lain berusaha menyederhanakannya, dan sebagiannya lagi meremehkannya.

Padahal, Imam an-Nawawi mengatakan, “Barang siapa melupakannya, maka ia akan terhalang dari kebaikan yang besar. Ia telah menyia-nyiakan karunia yang agung.”

“Seorang penulis hadits,” tutur Imam an-Nawawi, “hendaknya melengkapi dengan ‘Ta’ala’,  ‘Azza wa jalla’, atau ‘Subhanahu wa Ta’ala’, atau sebutan kemuliaan lain tatkala menulis (atau menyebut) nama Allah.”

Demikian pula ketika menuliskan atau menyebut nama Nabi, hendaknya diikuti dengan gelaran yang bermakna doa ‘Alaihis salam’, dan ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam’ untuk mengiringi nama Rasulullah Muhammad. Hendaknya ditulis lengkap sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh penulis Syarah Shahih Muslim ini, “Bukan sekadar simbol atau hanya salah satunya, tapi keduanya (shalawat dan salam).”

Senantiasalah gunakan adab ini. Pun ketika yang kita tulis atau sebut namanya adalah para sahabat. Hendaknya ikutkan gelaran ‘Radhiyallahu ‘anhu’ tatkala menyebut nama sahabat Nabi, atau ‘Radhiyallahu ‘anhuma’ jika sahabat tersebut dan orang tuanya beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Terkait kalangan tabi’in dan pengikutnya, Imam an-Nawawi menyebutkan, “Selain mereka, cukup dengan kalimat ‘Rahimahullah’ sehingga tidak sama (penyebutannya) dengan para sahabat Nabi.”
Terus begitu, sampai kepada para ulama dan penerusnya. Hendaknya para penulis, dai, guru, murabbi, dan musyrif serta kaum Muslimin melakukannya dengan berharap turunnya rahmat Allah Ta’ala dan keberkahan bagi mereka dan dirinya.

“Dianjurkan mendoakan seluruh ulama dan orang-orang pilihan agar diridhai dan diberi ampunan.” beber ulama kharismatik yang juga menulis kitab dzikir al-Adzkar ini.
Lebih lanjut, Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menjelaskan, penghilangan gelaran yang bermakna doa ini merupakan proyek para orientalis yang ingin menjauhkan kaum Muslimin dari adab Islam. Padahal, adab Islam kepada orang-orang shalih inilah yang menjadi satu di antara sekian banyaknya kunci tercurah limpahnya keberkahan dari Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam. 

sumber: http://bersamadakwah.net/siapa-lupakan-ini-ia-terhalang-dari-kebaikan-yang-besar/ [Pirman/Bersamadakwah]

Trump yang Melarang Muslim dan Awasi Masjid

Inilah Kecaman Tokoh AS kepada Donald Trump yang Melarang Muslim dan Awasi Masjid

sumber gambar: www.thewrap.com
Dalam sebuah acara di Mount Pleasant, South Carolina, capres Amerika Serikat dari Partai Republik mengatakan, “Kita tidak punya pilihan, selain melarang mereka (kaum Muslimin) masuk ke AS.” ujar Donald Trump, Senin (7/12).

Meski timnya mengaku mendapat dukungan luas atas ide tersebut, kecaman menantang justru dilayangkan kepada mereka. Kecaman ini berasal dari teman satu partai, masyarakat, lawan politik, bahkan perwakilan Gedung Putih.

Martin O’Malley yang merupakan capres lain dari Partai Republik menanggapi ucapan Trump dengan bercuit, “Dia mencalonkan diri untuk menjadi Presiden dengan kapasitas sebagai demagog fasis.”

Selanjutnya, kecaman berasal dari Nihad Awad. Laki-laki yang merupakan Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations ini mengatakan, “Kita memasuki alam fasis.” Trump, menurut mereka, lebih mirip pemimpin gerakan kelompok kekerasan daripada kandidat presiden negeri sebesar Amerika Serikat.

Reaksi lebih keras juga disampaikan oleh Gedung Putih melalui juru bicaranya, Josh Earnest, yang mengatakan, “Trump melangkah menuju sisi lebih gelap, elemen lebih gelap, dan mencoba mempermainkan ketakutan orang untuk melahirkan dukungan bagi kampanyenya.”

Komentar lainnya berasal dari Lindsay Graham yang mengatakan, “Inilah alasan lain mengapa dia (Donald Trump) benar-benar tidak cocok memimpin Amerika Serikat.”
Celaan juga berasal dari Hillary Clinton. Calon presiden dari Partai Demokrat ini mengatakan, “Ide Trump patut dicela, sarat prasangka, dan memecah-belah.”

Selain mewacanakan pelarangan terhadap kaum Muslimin yang akan memasuki negeri Paman Sam itu, Trump juga menyampaikan ide agar pemerintah masuk ke masjid-masjid dan mengawasi seluruh kegiatan yang berlangsung di dalamnya. “Kita harus melihat yang terjadi di dalamnya (masjid).”
Selain dua pernyataan ganjil tersebut, Trump juga menyampaikan, “Amerika Serikat tidak boleh menjadi korban serangan mengerikan orang-orang yang hanya percaya jihad.”

Disinyalir, pernyataan kontroversi ini lahir sebagai akibat teror penembakan yang terjadi pekan lalu di San Bernardino, California. Dalam penembakan yang dilakukan oleh sepasang suami-istri ini, 14 orang meregang nyawa, dan 21 lainnya mengalami luka-luka.

“Pernyataan Trump soal Muslim Amerika Serikat semakin keras,” tulis harian umum Republika, 9 Desember 2015, “menyusul serangan di Paris pada 13 November lalu.”
Wallahu a’lam.

sumber: http://bersamadakwah.net/inilah-kecaman-tokoh-as-kepada-donald-trump-yang-melarang-muslim-dan-awasi-masjid/  [Pirman/BersamaDakwah]

WANITA CANTIK BERKAKI KUDA

ARGOPURO : WANITA CANTIK BERKAKI KUDA

 


Gunung Argopura disebut juga sebaga Gunung Hyang. Terletak di sebelah kiri  Gunung Ijen, gunung ini bisa dilihat jelas dari tiga wilayah, Bondowoso, Probolinggo, dan Jember. Gunung ini dikenal angker. Di sana sering muncul wanita cantik berkaki kuda. Dia menggoda siapa saja yang jahil.

DariI kejauhan, Gunung Argopuro seperti menyendiri. Puncaknya gundul, diselimuti kabut. Pohon besar memang seperti tak tumbuh. Hanya semak-semak yang ada, dan memungkinkan gunung ini terlihat secara telanjang dari kaki hingga puncaknya.

Gunung Argopuro bagi pendaki sangat enak untuk didaki. Medannya tak begitu membahayakan. Pemandangannya sangat indah. Dan, ke mana mata memandang, kuntum-kuntum edelweis bertebaran merata. Memang, ini salah satu daya tarik gunung yang tegak bak pertapa itu.

Namun dalam peta mistik, gunung ini penuh misteri. Banyak kejadian aneh, pengalaman menakutkan pun sering dialami para pendaki. Misteri yang paling sering mengganggu adalah, rute perjalanan yang jelas tiba-tiba hilang dari pandangan. Ini yang membuat para pendaki gunung kehilangan arah dan tersesat di jalan.

Di antara sekian banyak kawasan angker di Gunung Argopuro, yang paling ditakuti adalah di  bekas pendaratan pesawat terbang Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina. Di tempat ini banyak pantangan. Malah para pecinta alam sendiri harus berpikir panjang bila ingin mengambil bunga Edelwis. Sebab bila tidak, maka bencana diyakini akan datang. Tidak menemukan jalan pulang, tersesat, atau ditemui  wanita cantik berkaki kuda, yang terus membuntuti jalannya.

Putri Rengganis

Gunung yang bisa dilihat dari tiga kabupaten ini tandus. Hanya ada hamparan padang rumput yang luas dengan bukit-bukit terjal. Pepohonan tak banyak tumbuh. Sebab habis dibabat Belanda dan kerajaan Majapahit saat membuka Kota Besuki.
Di tempat ini juga banyak menyimpan benda-benda bersejarah. Peninggalan putri kerajaan Majapahit, Dewi Rengganis. Untuk itu, gunung ini sangat cocok untuk pecinta alam. Tapi di sisi lain sangat berbahaya, karena kerapkali memakan korban.

Peristiwa itu  pernah dialami  mahasiswa pecinta alam Mahapala Palm Star dari Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAIN) Jember, bersama mahasiswa  Nurul Jadid  dalam rangka menaklukkan ketinggian  Gunung  Argopuro. Ketika  akan berangkat mereka melakukan doa bersama agar selamat. Sepakat  tidak merusak lingkungan. Tidak mengambil bunga Edelwis yang banyak tumbuh, serta tidak mengusik  benda-benda bersejarah peninggalan putri Kerajaan Majapahit.

Mulanya  mereka memang memegang amanat yang telah menjadi kesepakatan. Tapi sesampai di  bekas lapangan pesawat terbang Belanda  di Cikasur, areal Gunung  Argopuro, sebagian  anggota ekspedisi pecinta alam dari Nurul Jadid  itu tergoda dengan  keindahan  bunga Edelwis (pohon kehidupan)  yang  banyak tumbuh.

Ia berniat memetiknya. Beberapa temannya mengingatkan. Namun mahasiswa  Nurul Jadid itu malah emosi. Tidak percaya dengan cerita mistik yang menjadi kepercayaan masyarakat sekitar gunung ini. Dengan terpaksa, akhirnya teman-temannya membiarkan. Dan, edelwis indah itu pun dipetiknya.

Selang  satu jam pendakian, mahasiswa  Nurul Jadid  itu  tiba-tiba berjalan menyimpang. Ia meninggalkan rombongan mahasiswa STAIN Jember menuju kawasan hutan.  Mahasiswa STAIN  kebingungan. Mereka mencoba mencari dengan menelusuri jalan kuno yang dibuat Belanda di awal membuka perkebunan  di kawasan Besuki. Sehari kemudian ia baru ditemukan dalam keadaan loyo dan stres berat.

Penduduk sekitar yang ikut membantu kemudian memberi saran, agar yang bersangkutan minta maaf kepada penunggu di Gunung Argopuro. Ketika hal itu sudah dilakukan, maka mereka pun tersadar dari stresnya. Apa yang dialami mereka? “Mahasiswa dari Nurul Jadid Probolinggo itu mengikuti wanita cantik berambut pirang yang sedang berjalan sendirian, tetapi kemudian diketahui berkaki kuda,” ujar Fajar Yanto, aktivis Mahapala Palm star STAIN Jember.

Berkaki Kuda

Baru-baru ini pengalaman  serupa juga dialami pendaki gunung dari  Jakarta dan Bogor. Karena sudah beberapa kali menaklukkan ketinggian  gunung di Sumatra dan Kalimantan, mereka menolak saran warga, yang menyuruh bertindak hati-hati jika melewati  Pos Cikasur dan bekas  landas pacu pesawat.

Tapi mereka malah dengan seenaknya tidur dan minum-minuman keras, sambil bergurau antarmereka. Tengah malam, ketika sedang main  domino di dalam tenda, tiba-tiba mereka didatangi wanita  cantik berkulit putih. Mereka senang didatangi  wanita cantik. Dianggap  rombongan lain, bule yang sedang melakukan penelitian atau pendakian.

Gadis itu dipersilakan ikut duduk. Diajak bicara ngalor-ngidul, dirangkul, dan diraba-raba sekitar dada sampai perut. Mereka   berbuat  tidak senonoh. Celakanya, bule perempuan itu tak menolak. Ia seperti menikmati kenakalan anak-anak nakal ini.

Tatkala  gadis bule itu ditidurkan, hendak dikencani ramai-ramai, pemuda yang ada di bagian bawah tersentak. Wajahnya tiba-tiba pucat dan hendak lari tapi tidak bisa. Akhirnya ia merangkak, sambil berteriak-teriak histeris. Yang kemudian disusul temannya yang lain, dengan ekspresi yang sama. Ada apakah gerangan? Ternyata,  gadis bule yang rupawan itu berkaki kuda.

Malam itu puncak Argopuro gaduh. Pendaki dari Jakarta ini berlarian minta perlindungan. Sedang pendaki yang berada di tenda lain terbegong-bengong,  melihat  ulah mereka yang dianggap lucu. Paginya  mereka stres. Bahkan ada yang masih kesurupan. Dukun  Gunung  Argopuro lantas memberi jampi-jampi dan menyiram air  ke seluruh badan mereka secara massal.  Setelah siuman, mereka disarankan untuk pulang. Sebab jika tidak dikhawatirkan akan  kesurupan lagi.

“Mahasiswa itu memang bandel, hanya mengandalkan rasionalitas saja. Maklum mereka merasa sudah kebal terhadap gangguan makhluk halus. Kalau sudah mengalami kejadian itu mereka baru percaya seratus persen atas  keangkeran Gunung Argopuro,” ungkap Suwiryo, orang pintar dari lereng Gunung Argopuro.

Dari kejadian itu  rombongan mahasiswa pecinta alam dari Jakarta dan Bogor mengurungkan niatnya melakukan pendakian lebih lanjut ke atas puncak Rengganis dan kawah Gunung Argopuro yang masih penuh misteri itu. Mereka tampak  menyesal dengan ulahnya sendiri